Maaf Jika Kami Aneh Bagimu
Ed : Agung Putra Dwijaya

Ya, aku introvert,
Salah satu jenis manusia aneh di bumi,
Jenis manusia yang hanya bisa diam.
Ya,
Aku paham bagaimana para sosial menyoal,
Bagaimana kalian berpendapat,
Bahwa mereka yang berjenis ekstrovert adalah yang paling super,
Dan aku tidak.
Kalian bilang aku introvert,
Kalian bilang aku intrapersonal,
Kalian mencaciku tanpa definisi,
Kalian menilaiku tanpa karangan yang pasti,
Bahkan tak mampu jelaskan perbedaan keduanya.
Kalian memintaku berubah,
Tapi tak mau melihat perubahanku,
Kalian tak mengerti bahwa seni adalah perubahan,
Tak semudah membalikkan telapak tangan.
Kalian,
Pernahkah kalian pahami mengapa aku begini?
Aku tak pernah meminta ini di dalam diriku,
Aku tak pernah berjuang untuk mempertahankannya,
Dan aku sadar, masyarakat di tempat aku bertempat,
tak merestui kepribadianku ini.
Kalian,
Pernah kalian tau upayaku?
Bagaimana aku menghadapi perang antara ego dan niat perubahan?
Aku tak diam, sungguh.
Aku berusaha berubah meski tak bersuara,
Aku berusaha menata sikapku menjadi lebih baik.
Aku masih bisa kok berkomunikasi,
Aku masih bisa kok bersosiaisasi,
Aku masih bisa kok membangun hubungan yang kalian sebut "teman",
Aku bisa juga kok bercanda gurau,
Ya, memang aku tak pernah punya pacar,
Tapi apakah itu juga salah bagimu?
Aku sama seperti kalian,
Ya, kalian yang menyebut diri "orang-orang normal",
Tapi bagiku, kesendirianku adalah kenormalan.
Lalu apa salahku?
Apa karna aku berbeda dari kalian?
Salahkah aku berbeda dari kalian yang menyebut diri orang "normal".
Aku menyendiri bukan tanpa alasan,
Aku hanya ingin berimajinasi,
Mengembangkan ide-ide yang ku punya,
Ya, walau hanya sebatas imajinasi.
Aku sering kok berusaha menjadi seperti kalian,
Perlahan aku mencobanya,
Tapi, ya namanya takdir tak dapat diubah.
Tapi, maafkan aku.
Jika segalanya di matamu tak sempurna.
Maafkan aku juga,
Jika semuanya dalam pandanganmu selalu salah.
Ketika aku diam, bukan aku tak ingin bicara denganmu,
Aku hanya sedang memilih diksi,
Agar kata-kataku tak melukaimu,
Sebagaimana kau kerap melukaiku.
Ketika aku bersikap dingin,
Bukan aku tengah cuek padamu,
Tapi aku sedang mengendalikan diriku.
Dan saat aku bicara manis,
Kau boleh nilai aku pengemis,
Pengemis pengertian.
Tapi, sebenarnya aku tengah belajar untuk mampu memahamimu,
Aku tengah belajar untuk berinteraksi denganmu.
Maki,
Ya, maki saja diriku,
Berpendapatlah apa saja tentangku,
Aku bukan orang yang baper ketika aku dimaki-maki,
Tapi tolong, jangan usik aku dengan sifat "normalmu",
Wahai insan yang merasa lebih baik,
Tanpa introvert, tanpa intrapersonal.
Tapi, sudahlah.
Aku bangga menjadi diriku sendiri.
Aku percaya ini adalah anugerah Tuhan,
Yang harus aku syukuri,
Ya, aku yang mensyukurinya, bukan kalian.
Di akhir kata,
Aku hanya minta pada kalian,
Yang menyebut diri kalian "normal".
Pahamilah hal ini,
Kami memang hanya 20% dari total populasi dunia,
Ya, kami minoritas,
Tapi,
Apakah salah kami menjadi bagian dari minoritas?
Jika kalian tak mengerti arti kesunyian dan kesendirian kami
Kalian juga pasti tak mengerti kata-kata kami.
Tunggu, kalian sudah membacanya sampai akhir?
Kalian mengerti?
Atau pura-pura tidak mengerti?
No comments:
Post a Comment