![]() |
Ketika Popularitas Semakin Mengunggui Bakat | APutraDwijaya.ID |
Di dunia yang serba
instan ini, semua hal menjadi mungkin. Hanya dengan modal “wajah” dan jumlah “followers media sosial” kamu bisa kaya
mendadak, tidak perlu kursus, tidak perlu kerja keras, bahkan tidak perlu
bakat. Hanya bermodalkan wajah rupawan kamu bisa menjadi terkenal, bahkan jauh
melebihi mereka yang berbakat.
Penulis saat ini
menyaksikan banyak sekali orang-orang yang sebenarnya biasa saja, tetapi lebih
banyak disukai dibandingkan mereka yang bertalenta. Fenomena ini tentu membuat
mereka yang benar-benar bertalenta tinggi dengan berbagai macam usaha serta
kerja kerasnya putus asa.
![]() |
Mencerdaskan Kehidupan Bangsa | APutraDwijaya.ID |
Dunia
milik mereka yang populer dan eksis?
Saat tulisan ini
dibuat, kamu mungkin mengenal seorang Kendall Jenner. Walau tak mengenal atau
mengidolakannya, kamu pasti pernah mendengar namanya. Ya, saudara dari Kim
Kardashian ini adalah seorang presenter
TV, model, dan juga duta dari merek ternama Seventeen
Magazine. Ia berparas cantik dan menjadi idola para remaja di seluruh
dunia.
Namun, setahun lalu,
Kendall Jenner menjadi sasaran kemarahan berbagai elemen masyarakat di berbagai
belahan dunia. Bukan karena skandal yang menimpanya, bukan juga masalah
asmaranya, tetapi menyangkut pemilihan Kendall Jenner sebagai model pemotretan
majalah Vogue edisi Spanyol. Dalam
pemotretan tersebut, Kendall “berperan” sebagai penari balet. Dia melakukan
pemotretan di studio tari, mengenakan pointe
shoes khusus balet, leotard, dan
rok tutu.
Pemotretan tersebut
mendapat kecaman keras dari kalangan Balerina, karna Kendall Jenner bukanlah
seorang penari. Terus kenapa kalau dia bukan penari? Karena, akibatnya, segala
pose yang dilakukan Kendall jadi salah. Posisi kakinya salah, posisi tangannya
salah, pokoknya segala detail gerakan yang dia lakukan tidak mencerminkan
gerakan seorang balerina.
![]() |
Kendal Jenner dalam Majalah Vogue | APutraDwijaya.ID |
Awalnya saya menganggap
kecaman dari kalangan balerina ini sesuatu yang berlebihan. Bukankah Kendall
Jenner merupakan seorang model profesional? Ketika dia disuruh menjadi
balerina, ya dia harus menjadi balerina. Tapi, saya kemudian menyadari dan
mengerti mengapa kecaman tersebut harus didukung. Sebuah surat terbuka dari
seorang balerina asal Amerika Serikat menyadarkan saya mengapa ia dan para
balerina lainnya merasa kecewa pada Vogue
dan juga pada Kendal Jenner.
Vogue merupakan sebuah
majalah yang sangat bergengsi. Dapat tampil di majalah Vogue merupakan hal yang
sangat luar biasa. Bisa dikatakan semua orang ingin dirinya terpampang di
majalah tersebut, tak terkecuali para balerina. Mereka sedih ketika Vogue lebih memilih Kendall Jenner
sebagai model pemotretan yang bertemakan “balet” daripada memilih para balerina
sungguhan yang memang berbakat di bidang balet.
Saya dan Anda pasti
bisa membayangkan bagaimana perasaan para balerina ini. Mereka adalah penari
sungguhan yang sudah belasan tahun berlatih, mereka tahun teknik balet yang
benar, dan mereka juga tahu cara menampilkan detail teknik yang benar di depan
kamera. Tetapi Vogue memilih Kendall
Jenner yang sama sekali bukan penari, tidak pernah les balet, dan bahkan tidak
mengetahui teknik balet yang baik dan benar.
![]() |
Kendal Jenner | APutraDwijaya.ID |
Atau kamu ingin hal
yang lebih mudah untuk dibayangkan. Bayangkan saja kamu hobi menyanyi dan
memang benar-benar berbakat. Kamu memahami semua nada dan suara kamu sangat
jernih. Kamu sudah bertahun-tahun ikut les vokal, sudah sering mengikuti
kompetisi dan perlombaan, serta bergabung ke paduan suara di sekolah kamu.
Intinya, Kamu sudah usaha mati-matian.
Suatu hari, seorang Youtuber terkenal dengan jutaan subscriber mendatangi sekolah kamu
mencari penyanyi yang biasa diajak berkolaborasi di videonya. Tetapi akhirnya
yang dipilih adalah teman kamu yang suaranya pas-pasan, tidak pernah les vokal,
dan bahkan tidak suka bernyanyi, tetapi dia kece
dan eksis, diidolakan di sekolah karena dia cantik, dan memiliki banyak followers di media sosialnya. Bagaimana
perasaan kamu? Sakit hati? Sedih? Ingin berkata kasar?
![]() |
Kaki Seorang Ballerina | APutraDwijaya.ID |
Balet adalah kegiatan tari yang sulit. Jika kamu menganggap balet mudah, kamu harus sekali-sekali melihat dokumentasi kaki dari sang balerina yang terluka dan berdarah setiap kali selesai latihan.
Mengapa
hal ini bisa terjadi?
Kamu kenal Awkarin?
Jika kamu tidak tahu, mungkin kamu tahu wanita dalam video klip Bad bersama
rapper Young Lex. Dia dihujat habis-habisan oleh para netizen yang menyaksikan videonya. Mengapa dia dihujat? Karena
Awkarin bukan seorang penyanyi maupun rapper.
Hanya Young Lex yang telah lama konsisten sebagai rapper. Menurut banyak orang, termasuk saya, suara Awkarin tidak
enak dan bisa dibilang offbeat. Pertanyaannya,
kenapa harus Awkarin yang dipilih untuk menjadi pendamping Young Lex? Padahal,
di luar sana banyak penyanyi dan rapper
perempuan yang jauh lebih berbakat daripada Awkarin. Apa karena Awkarin
terkenal?
Faktanya, di era media sosial saat ini, “kecantikan” dan “popularitas” semakin mengungguli “bakat”. Hal ini akhirnya membuat banyak orang berbakat sakit hati.
![]() |
Fashion Blogger | APutraDwijaya.ID |
Fenomena ini tidak
hanya terjadi di dunia Youtube, tetapi juga di dunia Blogging. Ada banyak blogger yang
sudah belasan tahun belajar menulis dan berusaha menyempurnakan kemampuan
menulisnya di blog, namun mereka
tidak pernah disorot, apalagi diajak kerjasama oleh brand-brand besar. Sebaliknya, banyak blogger yang baru muncul 2-3 tahun terakhir, tetapi langsung
terkenal dan mendapat “endorse” kanan
kiri. Mungkin karena penampilannya lebih “menjual”, aktif di media sosial, dan
punya banyak followers. Pada
akhirnya, para blogger yang sudah
belasan tahun menulis ini hanya bisa menyaksikan kenyataan yang ada.
Inilah efek dari
selebriti internet. Kepopuleran mengungguli bakat. Jadi bagaimana dengan mereka
yang benar-benar berbakat? Orang yang memang punya skill, sikap, dan kecerdasan cemerlang? Apakah mereka akhirnya akan
tersisihkan oleh mereka yang kece dan eksis? Sungguh menyedihkan.
![]() |
Diane Von Furstenberg | APutraDwijaya.ID |
Saya berikan kamu
contoh lainnya, kamu kenal Diane von Furstenberg? Ia adalah seorang desainer
legendaris yang saat ini sudah berusia 70 tahun. Ia menciptakan baju legendaris
yang bergaya wrap-dress yang menjadi iconic sampai saat ini. Fashion brandnya sudah mendunia, bahkan dipakai
oleh para selebriti dunia, mulai dari Madonna, Jenifer Lopez, sampai istri dari
mantan presiden Amerika, Michelle Obama.
Di media sosial Instagram, jumlah followers Diane hanya 1,6 juta orang, sementara Youtuber remaja bernama Bethany Mota
punya lebih banyak followers, yaitu 5
juta. Sejak pertama kali membuat video di tahun 2009, kepopuleran Bethany
sangat melejit bagaikan roket. Ia bisa tampil di acara Dancing With The Stars, kerja sama dengan label Forever 21, sampai masuk dapur rekaman!.
Ya dia keren, cantik, baik, serta menarik. Tetapi dia bukan icon, karena dia tidak punya karya.
![]() |
Bethany Mota | APutraDwijaya.ID |
Ya, dia punya karya
yaitu video yang diuploadnya di Youtube, tetapi apakah dia punya
perusahaan fashion sendiri?
Menciptakan lapangan kerja bagi orang lain? Menjadi mentor bagi banyak orang
seperti yang dilakukan oleh Diane von Furstenberg setiap harinya? Dia memang
punya semua hal yang baik, tetapi tidak lantas membuat dirinya pantas disebut
sebagai icon masyarakat.
Akhirnya kini diketahui bahwa, suara fashion blogger lebih didengarkan daripada perancang busana dan editor majalah mode yang sudah berpuluh-puluh tahun menekuni dunia fashion. (Agung Putra Dwijaya)
Bagaimana
Cara Mengatasinya?
Pesan yang dapat
ditangkap dari Kendall Jenner, Awkarin, dan Bethany Mota ini adalah ketika kamu
punya “goals” menjadi “populer” dan “awesome” memang seru, tetapi “goals” menciptakan hal-hal populer dan awesome juga tidak kalah penting.
Apa jadinya jika belasan
tahun lagi dimasa depan, goals semua
anak muda adalah menjadi selebriti internet, sehingga tidak ada yang mau
bekerja di balik layar. Jadi siapa nanti yang akan jadi CEO, Insinyur, Ilmuwan,
desainer, seniman, produsen, dokter, pengacara, bahkan guru?
![]() |
Setiap Anak itu Unik | APutraDwijaya.ID |
Teruntuk para brand, baik yang besar maupun yang
kecil. Wajar memang jika ingin mendapatkan penghasilan yang besar dengan mengendorse sosok yang sangat populer.
Tetapi marilah kita berpikir lebih baik, jangan hanya mencari sosok yang hanya
enak dilihat, tetapi carilah sosok yang menginspirasi dan punya karya.
Saat ini, profesi guru
kurang diminati, karena penghasilannya kurang besar. Hal ini harus menjadi
pekerjaan rumah pemerintah dengan menaikkan gaji dan gengsi para guru, sehingga
banyak orang berniat menjadi guru yang baik. Sama halnya dengan anak-anak muda
saat ini yang rajin, giat, pintar dan berbakat. Jika mereka tidak diberikan
“penghasilan” dan “panggung” yang layak, jangan heran jika anak-anak muda saat
ini lebih ingin menjadi selebriti internet, supaya bisa mendapat banyak fans, diendorse banyak brand,
punya penghasilan yang besar dan bisa jalan-jalan keliling dunia.
Motto “live life to the fullest” bukan berarti kamu harus keliling dunia setiap bulan seperti Rachel Vennya, dan “#bodygoals” bukan berarti kamu harus punya perut setipis kertas.
Kita harus ingat bahwa
kita jangan hanya melihat dan menyukai yang enak dipandang mata saja, tetapi
lihat dan sukailah mereka yang benar-benar inspiratif dan harus menjadi panutan
di masa depan.
Bakat
adalah Cikal Bakal Kesuksesan
Harus diakui, beberapa
percobaan yang muncul karena adanya bakat, biasanya unik, aneh, dan sangat
berbeda dari lingkungan sekitar. Keanehan itu semakin terlihat saat harapan
orang tua dan orang-orang sekitar bertolak belakang dengan anak atau remaja
yang memiliki bakat tersebut. Kesukaan yang sebenarnya berakar dari sebuah
bibit bakat tetapi ketika tidak diakui biasanya salurannya lebih tidak
terbimbing dan mengakibatkan pilihan-pilihan yang menyimpang. Atau, jika bakat
itu tidak kunjung mendapatkan apresiasi dan pengakuan sejak dini, ia akan
berkembang menjadi aktivitas yang kontraproduktif.
Saya ambil contoh
seorang mahasiswa psikologi yang memiliki bakat di bidang fotografi. Dia
mengasah kemampuan fotografinya dengan ikut Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi
di kampusnya. Menurut Anda, kira-kira apa yang dipilihnya menjadi pekerjaan
setelah lulus? Menjadi psikolog, menjadi pekerja/pegawai HRD, konselor,
terapis, bekerja di lembaga tes-tes psikologi atau sama sekali tidak mengambil
pekerjaan yang berkaitan dengan psikologi?. Selain itu, ada contoh lagi
mahasiswa psikologi yang memiliki bakat menulis. Pertanyaannya sama, apakah dia
memilih bekerja sebagai peneliti, konselor, atau pekerjaan lain yang umum
diambil oleh lulusan psikologi?
![]() |
Fotografi | AputraDwijaya.ID |
Lulusan sarjana
psikologi yang pertama memilih untuk mendirikan sebuah studio foto dan sarjana
psikologi kedua memilih untuk merintis bisnis dengan memusatkan pada model
bisnis online. Lulusan psikologi yang
pertama memiliki kemampuan untuk mengolah hasil-hasil foto dari sudut pandang
psikologi. Keistimewaan hasil fotonya dapat dijelaskan dengan menggunakan
kaidah-kaidah psikologi. Dia kemudian masuk ke dunia videografi. Sedangkan lulusan psikologi yang kedua mengembangkan
bakat menulisnya dengan memperkaya konten websitenya
dengan baik dan mudah dipahami, serta mengisi konten bisnisnya dengan
tulisan-tulisan yang berpengaruh
Pelajaran apa yang
diambil?, bakat harus dihargai!. Ketika ia mendapatkan tempat dan diakui, maka
harga diri orang tersebut akan semakin meningkat. Harga diri sangat penting
agar seseorang bisa berpikir dengan positif. Selain itu, ia akan bisa mengenali
dirinya secara lebih mendalam dan merawat apa yang dimilikinya. Karena
seseorang yang bekerja karena bakat, dia akan cenderung lebih menyukai dalam
kurun waktu yang lama. Bakat yang terus diasah akan sangat berguna dikemudian
hari. Bahkan bakat tersebut bisa dijadikan pilihan kariernya. Bakat yang
diapresiasi akan melahirkan generasi yang berkarya atas dasar potensi dirinya.
![]() |
Talenta | APutraDwijaya.ID |
Orang yang berbakat
akan lebih memiliki jiwa inovatif, pantang menyerah, dan kemauan kuat untuk
selalu mengembangkan apa yang dimilikinya menjadi semakin lebih baik. Orang
yang berbakat akan lebih senang dengan proses-proses yang panjang untuk menemukan
sesuatu yang lebih berarti, jika itu berbuah karier hidup, orang-orang berbakat
akan menjadi pencipta-pencipta pekerjaannya.
Marilah menempatkan
anak-anak dan remaja yang punya bakat untuk terus-menerus diapresiasi
(dihargai). Jika mereka terfasilitasi dengan baik, suatu waktu semoga mereka
akan bisa menemukan bakat istimewanya menjadi rintisan karier.
Link Download Disini
No comments:
Post a Comment